PERJALANAN KE NEGERI YANG DIJANJIKAN
Suatu Mimpi
Sudah
menjadi kerinduan hati saya bahwa suatu saat saya akan menginjakkan kaki di
Kota Yerusalem, Israel. Sebagai tindakan awal, pada tahun 2006 saya mengurus
passpor, tapi sampai passpor tersebut masa berlakunya habis passpor tersebut
belum pernah dipakai kemanapun. Tahun 2011 saya kembali mengurus passpor yang
berlaku sampai November 2016.
Dalam
perbincangan sehari-hari dengan istri saya, sering saya mengungkapkan keinginan
untuk pergi ke Israel bersama dengan istri. Tetapi istri saya selalu berkata:
Biar Papa saja yang pergi, Mama ndak suka kalau naik pesawat lama-lama. Itulah yang
selalu menjadi jawaban dari istri saya.
Mimpi Menjadi Nyata
Di
akhir desember 2014, seorang warga jemaat kami yang sudah saya anggap sebagai
Ibu bagi saya (walaupun saya selalu memanggil beliau dengan sebutan Tante) berkata
kepada saya: “seorang Hamba Tuhan itu perlu kok kalau pergi ke Israel, coba Pak
Daiman cari travel untuk ke Israel, carilah yang paling murah.” Kemudian Ibu
tersebut menyediakan uang U$ 2000.
Setelah
saya browsing di internet dan bertanya kepada teman-teman yang biasa jadi
pembimbing rohani ke Israel ternyata harga paket tour ke Israel semua di atas U$2000.
Paling murah (setelah saya ikuti ternyata bukan murahan) adalah U$2150 yang
ditawarkan Galilea Tour Jakarta dengan jadwal 16-26 Februari 2015 (yang di
kemudian hari ternyata menjadi 16-27 Februari 2015).
Karena
tidak ada harga paket tour yang di bawah atau sama dengan U$2000 maka ibu
tersebut mengganti U$ menjadi Euro dengan nominal yg sama yaitu 2000.
Singkat
cerita, dengan uang 2000 Euro ditambah lagi ongkos pesawat Surabaya – Jakarta –
Surabaya dari ibu tersebut maka resmilah saya sebagai calon jamaah “ziarah” ke
Israel.
Perjalanan dimulai
Hari Pertama:
-
Pkl. 06.30 berangkat ke Bandara Juanda Surabaya
-
Pkl. 13.25 terbang ke Cengkareng Jakarta dengan
Citi Link QG 808
-
Pkl. 23.10 terbang dengan Kuwait air KU 416 ke
Kuwait transit 1 jam di Kuala Lumpur
Selama penerbangan dari Jakarta ke Kuwait
disediakan makan Malam, makan tengah malam dan makan subuh he he he.
Hari ke-2
-
Pkl. 06.30 (waktu Kuwait) mendarat di Kuwait
Airport.
-
Pkl. 12.05 dengan KU 541 terbang ke Cairo
-
Pkl. 14.30 (waktu Cairo) mendarat di Cairo
International Airport, setelah sekitar 1 jam melalui proses Imigrasi, kami meninggalkan
airport dengan Bis Sito Tour bersama
Tour Guide Mr. Wael Ali dan Assistennya Mr. Ashraf. Proses imigrasi ditangani
langsung oleh Mr. Ashraf .
Di dalam bis sudah disediakan makan siang
yaitu paket KF* (nasi, 3 potong ayam goreng dan salad) yang tentu saja rasanya
agak berbeda dengan KF* Indonesia. Menurut guidenya yang sudah pernah ke
Jakarta ayam KF* Jakarta lebih enak, dan saya setuju itu. Sementara bis
berjalan kami menikmati makan siang kami di dalam bis sambil menebarkan
pandangan ke sudut-sudut Kota Kairo yang menurut saya sangat berdebu. Bis menyusuri jalan raya di kota Kairo yang relative
ramai dan tidak terlalu tertib. Sasaran pertama kami adalah sesuatu yang special
di “Gunung” Muqattam.
GEREJA SAMPAH
Pkl. 16.30 Bis berhenti di pinggir jalan dan
kami berganti dengan bis yg lebih kecil menuju Gereja St. Simon yg terkenal
dengan nama lain “gereja sampah” perjalanan ditempuh sekitar 10 menit, di
sepanjang kiri kanan jalan yg kami lalui
penuh dengan rumah yang mayoritas
bergerak di bidang persampahan. Jangan bayangkan rumah-rumah tersebut adalah gubuk tetapi justru banyak yg
merupakan rumah beton bertingkat.
Gereja St. Simon terletak di gua gunung Muqattam,
gereja ini memiliki fasilitas yg cukup mewah: LCD Projector, LED dan sound
system yg bagus (menurut saya). Gereja ini menjadi penting karena terkait
dengan pembuktian Firman Tuhan Matius
17:20 iman sebesar biji sesawi
dapat memindahkan gunung (biji sesawi ini menjadi topic hangat sepanjang
perjalanan kami).
Gambar 1: Pintu Masuk Gereja St. Simon
Gambar 2: Deretan bangku di Gereja St.
Simon
Gambar 3: Bersama salah seorang
Pengurus gereja dengan latar belakang bagian altar gereja
Setelah berdoa di gereja yg “ajaib” ini dan memberikan
persembahan, sekitar pkl. 17.20. kami meninggalkan gereja tersebut dan
melanjutkan perjalanan ke Pencobaan 1 yaitu sebuah toko katun di kota Kairo.
Udara cukup dingin menusuk ke kulit sampai ke tulang (lebay.com) lebih dingin
lagi ketika sampai di toko karena tidak ada barang yang dijual yang harganya cocok dengan isi kantong.
Malam sudah menerpa, setelah masuk kembali ke dalam bis, tour guide menawarkan acara makan malam
romantic sambil berlayar di sungai Nil dan
menikmati tari perut, dengan judul Nile
Cruise htm U$35. Saya dan Pak
Markus Prasodjo dari Surabaya memilih untuk langsung menuju
hotel. Dengan diantar naik taksi oleh Mr. Ashraf kami sampai di Mercure Hotel Cairo,
Mr Ashraf memberikan kunci kamar sekaligus kotak makan malam. Perjalanan panjang hari
ini membuat badan terasa capek sekali dan juga lapar, maka solusinya adalah
langsung menyantap makanan yang termasuk istimewa tersebut baik dalam rasa,
ukuran dan banyak jenisnya., alhasil saya hanya mampu menghabiskan tdk lebih
dari separuh. Pak Markus masuk ke kamarnya saya lanjut berendam dengan air
hangat di sungai Nil eh di Bathup. Setelah mandi badan terasa segar langsung mau buka Alkitab eh
ternyata masih berada di koper besar dalam Bis. Jam di HP saya sebenarnya baru menunjuk Pkl. 20.00 waktu Cairo tapi mata sdh sangat berat akhirnya langsung tertidur karena memang jam
biologinya masih ikut Bojonegoro yang sudah melangkah ke hari berikutnya pada
pkl. 01.00 wib. Terima kasih Tuhan untuk perjalanan lintas benua yang sudah saya alami.
Maaf saya tidur dulu, mohon sabar menunggu cerita selanjutnya.